SIDOARJO – Perhelatan “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” berlangsung meriah. Peserta tak hanya dari paguyuban budaya Jawa, namun pelajar tingkat SMP dan SMA ikut melagukan puisi berbahasa Jawa atau macapat
Mereka memenuhi ruang aula terbuka SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo di Jalan Raya Siwalanpanji, Buduran, Sabtu (3/8).
“Saya terharu menyaksikan acara besar ini diminati pelajar, dimana mereka itu “cucu cucu” kita yang akan melanjutkan nilai nilai tradisi budaya bangsa,” kata Suwarmin MSn (73 tahun), pencipta macapat gagrak Sidoarjo, dengan nada haru di balik panggung. Suwarmin juga Dewan Penasehat Dekesda dan dosen filsafat seni karawitan di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW), Sidoarjo.
Tercatat sebanyak lima pupuh macapat Gagrak Sidoarjo milik warga Kota Delta, yakni dua pupuh tercipta tahun 2021, pupuh Kinanti dan Asmaradana. Keduanya telah mendapatkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham.
Sedangkan tahun 2024 tercipta pupuh Gambuh, Mijil, dan Pucung. “Gagrak Sidoarjo adalah identitas Kota Sidoarjo. Dalam tembang itu terangkum segala budaya Sidoarjo. Mulai dari ekosistem lingkungan dan sosiologi masyarakatnya,” kata Ribut Wiyoto SS, Ketua Dekesda.
Dekesda, lanjut Ribut, berencana akan melombakan macapat gagrak Sidoarjo untuk masyarakat. Lomba macapat pernah digelar Dekesda tahun 2000.
Dekesda, lanjut Ribut, menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada paguyuban-paguyuban budaya Jawa di Sidoarjo, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP-SMA, dan Yayasan Purnama sebagai lembaga yang menaungi SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo.
Misti Hariasih SE., MM, Ketua Yayasan Purnama, tampak berbinar bahagia atas kemeriahan acara tersebut. “Kerja bareng Yayasan Purnama dengan Dekesda merupakan momentum luar biasa dalam pelestarian budaya Jawa. Pelajar SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo semakin mantap dalam menghayati seni budaya Jawa terutama macapat,” kata Misti dalam sambutannya dengan berbahasa Jawa.
Sebelum acara utama nembang macapat, ditampilkan Festival Gamelan Kahuripan. Tercatat 13 sekolah menunjukkan ketrampilannya memainkan gamelan Jawa. Mulai kelompok karawitan sekolah dasar hingga kelompok perawit dari MGMP se wilayah Sidoarjo.
Festival Gamelan Kahuripan, menurut Ribut, akan menjadi agenda dalam pergelaran seni tradisi berikutnya. “Pelajar dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi di Sidoarjo memiliki kegiatan karawitan. Juga paguyuban paguyuban budaya. Akan jadi hidup bila terselenggara perhelatan festival gamelan Kahuripan,” ujar Ribut berangan mewujudkan, namun buru buru dia menambahkan: Kita pikirkan nanti.
Acara ditutup dengan flash mob tari “Beksan Srampat” karya seniman tari Sidoarjo, Nur Alifa, diiringi lagu “Sidoarjo Kaloka” ciptaan komposer tradisi Sidoarjo, Maulana Aditya, diikuti seluruh peserta dengan bersemangat. (anto)