DITANDANG KENANGAN
berlari kencang namun tidak lesu
berjalan ulang namun tidak lelah
itu sebuah kenangan…
membujuk tidak mungkin, menjadi mungkin
mereguk jauh, menjadi dekat
kembali itu, gundah kenangan
melangkah mungkin, menjadi tidak mungkin
memantaskan dekat, menjadi jauh
karena itu, silau kenangan
pada cangkang waktu
kenangan hadir, bercinta sunyi
kenangan hilang, bercinta sepi
#2020
MANTRA KENANGAN
sebuah kenangan menyapa
mengusik jiwa
terlintas gema dirasa
dari masa lalu bercengkrama
menggulung sebuah narasi
dari liku ‘terabaikan’ hati
ditarik suara puing mewakili
mengingat rindu yang dijumpai
#2020
TEMPAT JIWA KENANGAN
kita berjalan melintasi diri
ruang sisi timur tak bertepi
waktu sisi barat tak berhenti
menebar senyum ramah jawi
dedaunan berguguran memenuhi memori
kita coba bentengi diri
tajuk diam walau sensi
tergeletak sorotan nurani
segala nuansa kini
tersimpul membungkam emosi
sampai pada kisah ini
akhirnya kita bertanya menjadi
“Jiwa Kenangan”
#2020
BERTAUT DI SUJUD
lewat mentari meredup,
kisah belum usai
lewat bulan memeluk,
tergambar jejak risau
; semua karena
kalbu belum melekat di sujud
seperti halnya memaknai
dan cahaya jiwa pun menyadarkanku
‘aku merasakan kebesaran-Mu, Tuhan’
(apapun resahmu hamparkan sajadahmu)
-2024
MEMELUK (PUALAM) CAHAYA
cahaya memudar,
menyerupai perihal luka
resah berkecamuk,
terbelenggu emosi bertaut
pada ujung malam menjelma pualam,
mengeja lembaran do’a bernaung
; atas resah memeluk cahaya
-2024
DEBAR BULAN
bulan berbisik puja-pujian
wahai perindu, ia menyapaku
aku melihat lukisan rindu
bertemaram debar bulan
-2024
DAMAI YANG HILANG
langit kelabu seakan merindu
detak jantung berpacu candu
irama beradu lugu
hembusan angin berliku
dalam derasnya aliran darah
terpikir jiwa indah
sirnakan raga terpaku merana
sejenak tanpa tara
dalam lamunan tak semanis madu
relung jiwa berbilang semu
menghilang betapa kelamnya dahulu
melapang sesak sembilu
mengenang lama yang tak berkesudahan
berlarut pada diri perlahan
tersimpan luka pada cabaran
nyeri tersaji di atas tataran
# 2024
DISERANG MASA LALU
membentang di hadapanku
memaknai sesuatu bayangan
walau kelak akan retak
menerawang iba menghampiriku
berteduh di masa lalu
….bisa menjadi nestapa
….bisa menjadi bahagia
menjelma meski dalam diam
maka jangan kau kutuk masa lalu
meski pengharapan tak berkesudahan
meski dalam benak pelik
menyentuh untuk tersemogakan
entah di mana dingin ini bernaung
jurang kelam menabur empati
terulur tangan selarut lirih
walau langit sepi berparas senja
; masa lalu adalah membaca dirimu
#2024
SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda – Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media online & media cetak Nasional maupun Internasional. Karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024). Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Adapun Instagram : @sultanmusa97
*) Ilustrasi lukisan karya Amang Rahman.